Perjalanan Faisal: Wajah di Balik Sumba Tour IndonesiaJuara Trip

Fitriyawati

Fitriyawati

June 21, 2025

10 min read

Perjalanan Faisal: Wajah di Balik Sumba Tour IndonesiaJuara Trip

Di balik berkembangnya pariwisata Sumba yang makin dikenal dunia, ada nama-nama lokal yang ikut berjuang. Mereka bukan selebriti atau pemilik agensi besar, melainkan warga setempat yang mencintai tanah kelahirannya dan perlahan belajar membawanya ke panggung dunia. Salah satu sosok itu adalah Faisal Mahdiyansyah atau yang akrab disapa Bang Faisal.

Namanya mungkin tidak sepopuler destinasi wisata yang ia dampingi setiap hari. Tapi peran Faisal dalam membangun pariwisata Sumba tak bisa dianggap remeh. Lewat kerja keras, semangat belajar, dan keberanian memulai dari nol, ia kini menjadi salah satu tour guide andalan IndonesiaJuara Trip di Sumba. Perjalanan Faisal bukan hanya tentang mendampingi wisatawan. Tapi juga tentang perubahan, pemberdayaan, dan cinta pada daerah sendiri. Kisahnya menjadi bukti bahwa siapa pun bisa ikut membangun pariwisata, asal ada kemauan dan kesempatan.

Lalu, bagaimana cerita awal Bang Faisal hingga bisa menjadi tour guide dan ikut memperkenalkan pariwisata Sumba ke dunia? Berikut kisah lengkapnya.

Awal Pertemuan yang Mengubah Segalanya

Pertemuan pertama Faisal (42) dengan dunia pariwisata bukanlah sesuatu yang ia rencanakan. Di akhir tahun 2017, ia hanya seorang sopir bandara yang sesekali mengantar penumpang dari dan ke Tambolaka. Namun, satu penumpang terakhir hari itu jadi titik balik kehidupannya yaitu Agung Afif, pendiri IndonesiaJuara Trip.

Saat itu, Agung dan rekannya, Fathur, meminta Faisal mengantar ke Hotel Sinar Tambolaka. Setelah sampai, mereka langsung mengungkapkan keinginan untuk eksplor Sumba, khususnya bagian selatan seperti Gaura. Karena medannya berat dan tidak cocok untuk mobil biasa, Faisal sempat menolak dengan jujur. Namun ia tetap membuka diri jika dibutuhkan kembali.

Dua hari kemudian, Faisal dihubungi lagi oleh Agung. Agung Afif benar-benar ingin eksplor Sumba dan meminta bantuan Faisal sekaligus membawa tambahan orang karena perlengkapan dokumentasinya cukup banyak. Faisal pun mengajak temannya, Adi R, yang kala itu sering membantunya di usaha cuci motor kecil-kecilan di rumahnya.

Mereka memulai perjalanan ke beberapa titik wisata yang masih jarang dikenal. Di lapangan, mereka banyak bertanya pada warga sekitar, mencatat lokasi-lokasi indah, dan mulai melihat Sumba dari sudut pandang yang berbeda.

“Saat itu saya baru sadar, oh ternyata pariwisata itu seperti ini ya,” ucap Faisal.

Dari pengalaman eksplorasi itu, perlahan tumbuh ketertarikan Faisal pada dunia wisata. Ia melihat langsung betapa indahnya Sumba, dan betapa besar potensinya jika dikelola dengan baik. Rasa penasaran yang awalnya kecil mulai tumbuh menjadi ketertarikan, apalagi setelah mendengar cerita dari Agung tentang mimpinya memajukan pariwisata Indonesia, salah satunya Sumba.

Setelah Agung kembali, Faisal baru tahu siapa sebenarnya tamu yang ia dampingi. Dari teman-temannya yang bekerja di travel lokal, ia diberi tahu bahwa ia baru saja membantu salah satu agen wisata besar. Mereka bahkan menunjukkan akun Instagram IndonesiaJuara Trip yang saat itu belum ia kenal.

Tak lama kemudian, Agung kembali menghubungi Faisal. Kali ini bukan untuk eksplorasi, tapi untuk trip wisata pertama dengan 8–9 orang tamu. Faisal menyiapkan dua mobil dan mengajak lagi Adi untuk ikut membantu. Inilah pertama kalinya Faisal benar-benar membawa rombongan wisata sebagai seorang guide.

“Waktu pertama kali bawa tamu, saya demam panggung,” kenangnya. Ia sempat gelagapan saat briefing, gugup ketika ditanya soal destinasi, dan bingung harus bersikap seperti apa di depan tamu. Tapi Faisal tidak menyerah. Ia belajar dari setiap kesalahan kecil dan terus memperbaiki diri di setiap perjalanan.

Lama-kelamaan, rasa gugup itu berubah jadi semangat. Dari trip pertama yang penuh rasa takut, hingga akhirnya bisa membaur dengan tamu dan menganggap mereka seperti keluarga. Prinsip yang dipegangnya hingga kini: tamu bukan sekedar klien, tapi harus diperlakukan seperti keluarga sendiri.

Sejak itu, Faisal tak hanya menjadi pengantar tamu, tapi mulai mengenal lebih dalam dunia guiding. Ia pun resmi bergabung sebagai bagian dari tim Sumba Tour IndonesiaJuara Trip dan dari sanalah perjalanan barunya sebagai tour guide dimulai.

Perjalanan ke Labuan Bajo yang Mengubah Perspektif

Setelah mendampingi tamu di Sumba, Agung mengajak Faisal dan Adi ke Labuan Bajo untuk belajar lebih dalam tentang pariwisata, bukan lewat teori, tapi pengalaman langsung. Sebagai informasi, IndonesiaJuara Trip memang sudah lebih dulu membuka paket wisata Labuan Bajo. Operasional di sana sudah lebih matang, sehingga Faisal dan Adi diminta datang untuk mendapat pelatihan langsung dari tour guide yang sudah lebih berpengalaman di lapangan.

“Bang Faisal, gimana, mau ke Labuan Bajo?” tanya Agung suatu sore saat santai. Tanpa ragu Faisal menjawab, “Mau bang!”

Tiket pesawat pun disiapkan. Dalam beberapa minggu, mereka terbang ke Labuan Bajo dan tinggal selama lima hari. Di sanalah Faisal untuk pertama kalinya benar-benar “sekolah lapangan” soal dunia pariwisata modern

“Bang Agung tidak banyak ngomong soal teori. Beliau hanya bilang, ‘Kamu langsung turun aja, biar lapangan yang berbicara,’” cerita Faisal.

Hari-hari awal diisi dengan latihan drone dan kamera, dua alat yang waktu itu masih jarang dimiliki oleh tour guide lokal di Sumba. Faisal ditugaskan jadi asisten guide dan mulai belajar langsung dari cara kerja guide yang sudah lebih senior di kapal. Adi juga ikut, mereka mulai menyerap atmosfer dunia guiding profesional selama di Labuan Bajo.

Dari Labuan Bajo, Faisal tak hanya membawa pulang pengalaman. Ia pulang dengan tekad. Melihat bagaimana Bajo begitu berkembang karena kolaborasi, dokumentasi visual yang kuat, dan manajemen lapangan yang solid, Faisal yakin Sumba pun punya potensi yang sama.

“Saya jadi termotivasi. Masa iya Labuan Bajo bisa semaju itu, Sumba enggak? Kita punya semua, alam, budaya, dan keramahan lokal,” ucapnya yakin.

Setibanya di Sumba, Faisal langsung berlatih menerbangkan drone dan menggunakan kamera bersama Adi. Tapi lebih dari itu, ia juga menanamkan semangat yang sama bahwa menjadi tour guide bukan hanya soal mendampingi wisatawan, tapi bagaimana menjadi wajah dari daerah sendiri.

“Yang penting bukan cuma alatnya, tapi bagaimana kita melayani tamu dengan baik. Alat bantu dokumentasi itu sebagai pendukung,” tambahnya.

Labuan Bajo menjadi titik balik. Dari sana, semangat Faisal untuk memajukan pariwisata Sumba tumbuh lebih besar dari sebelumnya.

Pariwisata Mengubah Ekonomi & Sosial

Faisal | Tour Guide Sumba | IndonesiaJuara Trip | Juara Holding Group
Faisal | Tour Guide Sumba | IndonesiaJuara Trip | Juara Holding Group

Setelah resmi bergabung dengan Sumba Tour IndonesiaJuara Trip, hidup Faisal perlahan mengalami perubahan yang besar. Bukan hanya dari sisi finansial, tapi juga dari cara masyarakat memandang peran seorang tour guide lokal.

Secara ekonomi, kehadiran wisatawan serta kepercayaan penuh dari Agung, founder IndonesiaJuara Trip, membuat Faisal dan tim di Sumba terus berkembang. Mereka dipercaya mengelola operasional lapangan sepenuhnya, dari menyiapkan unit kendaraan hingga mendampingi tamu langsung di destinasi. Ketika di lokasi ada kebutuhan mendesak, seperti toilet di Air Terjun Waimarang yang dulu belum tersedia, para guide lokal bahkan berinisiatif patungan untuk membangunnya.

“Kami bukan cuma bawa tamu, tapi juga jaga kebersihan, bantu warga kasih solusi, sampai bikin toilet,” cerita Faisal.

Kontribusi mereka tidak berhenti di pelayanan. Keberadaan tim Sumba Tour dari IndonesiaJuara Trip di lokasi-lokasi wisata juga memperkuat hubungan dengan warga lokal. Masyarakat perlahan mulai mengenal dan menghargai profesi guide, bukan sekedar sopir atau pengantar tamu. Tak jarang, Faisal dan rekan-rekannya diundang dalam acara resmi pariwisata. Bahkan, ia sempat diminta ikut studi banding oleh Dinas Pariwisata Sumba Barat ke Bali, meski saat itu terpaksa tak ikut karena urusan keluarga.

“Sekarang kami dianggap sebagai orang yang paham wisata. Bukan sekedar pelengkap trip,” ujarnya bangga.

Tim Sumba Tour dari IndonesiaJuara Trip juga aktif menjaga citra positif Sumba. Saat mendampingi tamu, mereka terbiasa bersih-bersih lokasi wisata sebelum trip dimulai, seperti saat di Pantai Walakiri. Mereka tetap ingin tamu mendapatkan visual terbaik dan bisa menikmati tempat wisata dengan nyaman. Begitu juga di bukit-bukit atau air terjun, mereka tak segan memungut sampah sebelum tamu datang.

Bagi Faisal, membangun pariwisata tidak hanya tentang mendampingi wisatawan. Tapi juga tentang tanggung jawab moral untuk menjaga alam, membangun relasi dengan warga lokal, dan menciptakan pengalaman menyenangkan bagi siapa pun yang datang ke Sumba.

Budaya: Harta Karun Sumba yang Belum Banyak Dikenal 

Festival Pasola Sumba | source: globetrotting.com
Festival Pasola Sumba (source: globetrotting.com)

Perjalanan Faisal sebagai tour guide tak hanya membawanya mengenal alam Sumba lebih dalam, tapi juga menguatkan rasa cintanya pada budaya yang melekat di setiap sudut pulau ini. Ia menyadari bahwa keunikan Sumba bukan hanya soal lanskap alamnya yang indah, tapi juga warisan budaya yang tak semua orang tahu dan belum tentu bisa ditemukan di tempat lain.

“Kalau pantai dan bukit, semua tempat punya. Tapi budaya seperti Pasola, Wulla Poddu, rumah adat, itu cuma ada di Sumba,” katanya tegas.

Menurut Faisal, inilah yang membuat Sumba berbeda dari destinasi lain, bahkan dibandingkan Labuan Bajo yang masih satu provinsi di Nusa Tenggara Timur. Kalau Bajo dikenal dengan keindahan gugusan pulaunya, maka Sumba unggul lewat cerita, adat, dan kehidupan masyarakatnya yang masih sangat erat dengan tradisi.

Ia menyebut kampung adat seperti Prai Ijing dan Ratenggaro sebagai destinasi yang sangat ingin ia kenalkan ke dunia. Di sana, wisatawan bisa melihat rumah adat khas Sumba, kuda sebagai alat transportasi tradisional, dan budaya yang masih hidup sampai hari ini. 

Salah satu ritual yang paling sakral menurutnya juga menarik untuk dikenalkan kepada wisatawan adalah Wulla Poddu, yaitu tradisi tahunan yang digelar setiap Oktober di beberapa kampung adat termasuk di Kampung Tarung, Sumba Barat. Selama satu bulan penuh, masyarakat menjalani berbagai larangan adat, tidak boleh membangun rumah, tidak boleh ke ladang, dan harus fokus pada ritual-ritual spiritual yang berlangsung setiap hari. Di penghujung bulan, diadakan puncak acara yang disebut Kallango, yaitu ritual yang disertai tarian tradisional.

“Wisatawan yang datang pas Wulla Poddu biasanya bule. Mereka sangat tertarik karena ini budaya yang sangat unik,” jelas Faisal.

Tak hanya ritual, tenun ikat Sumba juga menjadi warisan budaya yang mulai mendunia. Tradisi menenun ini diwariskan secara turun-temurun, dan kini mulai mendapat perhatian global, terutama setelah tampil di berbagai ajang fashion show. Meski begitu, menurut Faisal, masih banyak budaya dan kisah dari Sumba yang belum terekspos. Dan disinilah ia merasa punya tanggung jawab sebagai bagian dari tim IndonesiaJuara Trip untuk mengenalkannya lebih luas lagi.

“Alam bisa bikin orang datang. Tapi budaya, itu yang bikin mereka jatuh cinta dan ingin balik lagi,” tuturnya.

Bagi Faisal, budaya bukan sekedar tontonan untuk wisatawan, tapi bagian dari kearifan lokal yang membentuk jati diri Sumba. Ia ingin wisatawan tak hanya melihat, tapi juga memahami dan menghargai kebudayaan yang mereka saksikan.

“Kalau kita cuma jual pemandangan, tempat lain juga bisa. Tapi budaya ini, nggak bisa ditiru. Cuma kita yang punya,” ucapnya dengan yakin.

Dari Sumba untuk Indonesia, dari Indonesia untuk Dunia

Kisah Faisal Mahdiyansyah adalah bukti nyata bahwa cinta pada tanah kelahiran bisa menjadi kekuatan besar dalam membangun perubahan. Dari seorang sopir bandara di Tambolaka, ia perlahan tumbuh menjadi sosok yang kini menyambut wisatawan dari berbagai belahan dunia ke Sumba, bukan dengan gelar tinggi atau modal besar, tapi dengan semangat belajar, keberanian melangkah, dan tekad untuk membawa daerahnya dikenal lebih luas.

Bersama Sumba Tour dari IndonesiaJuara Trip, Faisal tak hanya sekedar menunjukkan keindahan alam dan budaya Sumba. Ia memperjuangkan nilai-nilai lokal, membangun hubungan dengan masyarakat, dan memastikan setiap tamu merasakan pengalaman yang berkesan dan bermakna. Baginya, setiap perjalanan bukan sekedar pekerjaan, tapi kesempatan untuk memperkenalkan wajah asli Sumba dengan tulus dan hangat.

“Sumba ini tempat untuk healing, untuk mengenal hal-hal baru. Jangan takut datang ke Sumba. Kami di sini siap menyambut siapapun yang datang dengan cara yang ramah dan penuh kehangatan,” ungkap Faisal di akhir perbincangan.

Kalau kamu sedang mencari pengalaman liburan yang lebih dari sekedar jalan-jalan, yang mengajakmu menyatu dengan alam, mengenal budaya yang masih hidup, dan berinteraksi langsung dengan orang-orang yang menjaganya, bergabunglah dalam trip bersama Sumba Tour dari IndonesiaJuara Trip. Bersama Faisal dan tim lokal lainnya, kamu akan diajak menjelajah Sumba dengan cara yang mengesankan.

Banner Sumba Tour | IndonesiaJuara Trip

Related Article

Perjalanan Adi R: Menemukan Kehidupan Baru Sebagai Tour Guide Sumba

Sebagai seseorang yang tumbuh di tanah Sumba, Afrianto Dida Hau,...